Kota Palangka Raya- Luciano Spalletti mengakhiri petualangannya bersama Timnas Italia dengan kemenangan tipis 2-0 atas Moldova. Namun, hasil itu tak cukup menghapus luka kekalahan 0-3 dari Norwegia beberapa hari sebelumnya. Laga di Stadion Città del Tricolore, Reggio Emilia, justru menjadi gambaran nyata betapa beratnya perjalanan Azzurri di bawah asuhannya.
Kemenangan atas Moldova seharusnya menjadi penutup yang manis, tetapi nuansanya justru terasa pahit. Spalletti sudah tahu ini adalah pertandingan terakhirnya. Setelah dipecat menyusul kegagalan di Oslo, ia diminta menyelesaikan tugas dengan tiga poin—dan ia berhasil. Namun, permainan Italia tetap jauh dari memuaskan.
Pengakuan Seorang Pelatih yang Gagal
Usai laga, Spalletti tampil dengan sikap jujur dan elegan. Tanpa mencari kambing hitam, ia mengakui bahwa dirinya tidak mampu membawa perubahan berarti bagi tim.
“Seorang pelatih harus membuat perbedaan, dan saya gagal melakukannya,” ujarnya, seperti dikutip Football Italia.
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5246978/original/001344400_1749514283-AP25160756944942.jpg)
Baca Juga: Gian Piero Gasperini Pilih AS Roma Ketimbang Juventus Ini 3 Alasan Utamanya
Ia menolak menyalahkan pemain. Sebaliknya, Spalletti mengambil tanggung jawab penuh atas performa buruk Squadra Azzurra.
“Ketika melatih tim nasional, Anda tidak punya alibi. Andalah yang memilih pemain. Jika mereka kelelahan, seharusnya Anda memainkan yang lain,” tambahnya.
Kelelahan dan Jadwal yang Tidak Bersahabat
Spalletti menyoroti kelelahan fisik dan mental pemain sebagai faktor utama kegagalan. Meski mempertahankan komposisi inti, ia mengakui bahwa kondisi tim tidak ideal.
“Kami baru saja melewati musim yang panjang, lalu langsung menghadapi laga berat melawan Norwegia di Oslo. Itu bukan waktu yang tepat,” ujarnya.
Bahkan melawan Moldova—lawan yang dianggap lebih ringan—Italia tetap bermain dengan tempo lambat dan kurang kreatif. Kelelahan tampak merata di seluruh skuad, dan Spalletti mengaku tak punya banyak opsi pemain segar.
“Kami hanya punya 25 pemain dengan kondisi fisik yang hampir sama. Tidak mudah mencari solusi,” katanya.
Era Baru Menanti Italia
Dengan kepergian Spalletti, Italia kini memasuki babak baru. Federasi sepak bola Italia (FIGC) harus segera mencari pengganti sebelum kualifikasi Piala Dunia 2026 berlanjut pada September.
Tantinya berat: memulihkan kepercayaan diri tim, memperbaiki pola permainan, dan mengembalikan semangat Azzurri yang sempat redup. Kemenangan atas Moldova mungkin memberi sedikit harapan, tetapi performa tim masih jauh dari level juara Eropa 2021.
Spalletti pergi tanpa meninggalkan konflik. Ia memilih mengakui kegagalan dengan lapang dada.
“Kami tidak meninggalkan antusiasme untuk pelatih berikutnya, dan itu tanggung jawab saya,” pungkasnya.